Breaking News

Sabtu, 29 Oktober 2016

Gerakan Yang Menggerakkan


Era guru baru, guru di abad 21 telah dimulai. Hampir semua guru dituntut untuk mampu beradaptasi dan mengembangkan kompetensi maupun skillnya sesuai dengan tuntutan zaman hari ini. Maka, jika hari ini kita masih menemukan guru yang malas dan enggan belajar, patut dipertanyakan keabsahannya sebagai guru. Karena sesuai dengan amanat Undang-undang yang telah menempatkan guru sebagai sebuah profesi, maka seorang guru harus memiliki kecakapan-kecakapan khusus yang berkaitan dengan kemampuan kompetensinya sebagai pendidik dan pengajar. Hal ini tidak akan dapat terpenuhi jika guru tidak mau belajar.

Terlebih berkaitan dengan penguasaan teknologi informasi, banyak guru yang masih "gaptek" dan terus-menerus memelihara kondisi ini hingga kini. Padahal jika kita sadari anak-anak didik kita telah beberapa langkah lebih maju dalam hal penguasaan teknologi. Tentu satu hal yang tidak kita inginkan adalah ungkapan "Siswa abad 21 dan Gurunya abad 19" makin meruntuhkan citra guru di hadapan anak didik kita.

Banyak alasan memang yang mengemuka ketika masalah ini terlontarkan. Mulai dari rendahnya kemampuan beradaptasi dengan perangkat IT hingga masalah kesejahteraan untuk pemenuhan kebutuhan perangkat-perangkat teknologi. Padahal melalui regulasi guru telah diatur tentang tunjangan profesi guru yang seharusnya adalah dipakai untuk memenuhi kebutuhan guru dalam rangka meningkatkan kompetensi dan skillnya untuk tujuan peningkatan kualitas pembelajaran yang bermakna dan berbasis masa kini. Namun kenyataannya survey membuktikan, bahwa sebagian besar tunjangan profesi yang telah dikucurkan oleh pemerintah tidak digunakan untuk hal peningkatan mutu guru akan tetapi digunakan untuk hal-hal lain yang tidak ada sangkut-pautnya dengan mutu guru.

Di samping itu, banyak pula guru  yang menganggap sudahlah cukup berdiri di depan kelas, menerangkan pelajaran, membuat catatan untuk para siswa kemudian pulang pada waktunya dan bertemu kembali esoknya demikian terus-menerus hingga menjadi rutinitas ikut andil menjadikan mutu guru saat ini terjun bebas dan anjlok.

Maka, para guru hari ini membutuhkan sebuah gerakan, sebuah wadah yang mampu menggerakkan dan menghidupkan kembali semangat belajar itu. Wadah yang tak cukup hanya dengan pengarahan, petunjuk atau menempatkan guru sebagai penggembira saja, akan tetapi wadah yang benar-benar membuat guru itu belajar, belajar, dan belajar sehingga merubah mind set seorang guru yang malas belajar menjadi pantang mengajar kalau tidak belajar.

Ikatan Guru Indonesia atau IGI setidaknya lahir untuk cita-cita ini. Jauh sebelum menjadi Organisasi Profesi seperti hari ini IGI telah menjawab tantangan itu, tantangan tanggung jawab organisasi profesi guru untuk memajukan mutu guru. Hal ini dapat terlihat dari berbagai kegiatan-kegiatan pembelajaran guru yang telah IGI selenggarakan, baik yang bersifat tatap muka ataupun dalam jaringan. Karena IGI menganggap bahwa untuk menghasilkan generasi bangsa terbaik yang kini tersebar di seluruh satuan pendidikan di Indonesia harus dimulai dengan mendidik para gurunya. Maka tidak heran apabila hampir 24 jam non stop pelatihan-pelatihan maupun workshop-workshop diselenggarakan oleh IGI, semuanya berpulang untuk membuat para guru cerdas dengan muatan ilmu pengetahuannya juga keterampilannya mengoperasikan perangkat-perangkat teknologi sebagai media penunjang pengajaran dan pembelajaran.

Gerakan IGI juga bukan bukan hanya sekali yang membuat banyak guru jatuh hati. Ada sekian gerakan yang telah dibuat dan menyasar ribuan guru di nusantara ini yang terbentang dari Aceh sampai Papua. Ada gerakan SAGUSALA (Satu Guru Satu Laptop), gerakan SAGUSANOV (Satu Guru Satu Inovasi), gerakan SAGUSAKTI (Satu Guru Satu KTI), gerakan SAGUSAKU (Satu Guru Satu Buku), gerakan SAGUSATAB (Satu Guru Satu Tablet), gerakan SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog), dan lain-lain yang semuanya menuntut para guru terlibat aktif dan produktif menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran berbasis teknologi informasi.

Apa yang Ikatan Guru Indonesia lakukan juga menarik perhatian banyak pihak, mulai Lembaga Pemerintahan, Kementerian, BUMN, hingga pihak swasta dan raksasa-raksasa teknologi melirik untuk bekerja sama meningkatkan kompetensi guru di Indonesia. Dengan gencarnya IGI bergerak, semoga harapan baru bagi meningkatnya kemampuan guru menyongsong guru hebat di abad 21 mampu terwujud dan cita-cita besar pendidikan nasional dapat diraih dengan gemilang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog